Contest|Throwback Moment: Share a Memorable Childhood Story
8 comments
Assalamualaikum sahabat stemians semuanya, kembali saya ingin berpartisipasi di sini memenuhi undangan dari teman saya @sur-riti dengan tema yang sangat luar biasa dan seolah-olah saya kembali lagi ke masa lalu dimana masa kanak-kanak saya yang penuh perjuangan. Terimakasih saya ucapkan untuk @deepak94 yang sudah menyelenggarakan kontes yang luar biasa ini
Baiklah teman-teman semuanya saya akan bercerita bagaimana kehidupan saya dimasa dulu yang penuh dengan perjuangan untuk mencapai cita-cita saya, saat saya masih sekolah dasar saya membantu orang tua saya berjualan di sekolah, mie caluek, permen gula tarik terkadang keripik juga ada. Semua itu di olah sendiri oleh keluarga saya.
Karena waktu itu saya masih kecil cukup membawa semampu saya saja, kalau menjual mie caluek biasanya saya membawa 25 bungkus saja dengan harga satu bungkusnya Rp 25, saya tidak bisa membawa banyak sebab saya pergi ke sekolah dengan berjalan kaki dan bawaan tersebut saya usung dengan kepala 🤭, maklumlah kalau di tenteng tangan saya tidak kuat menjinjing terlalu lama.
Sepulang sekolah tugas saya menggembala lembu sampai sore hari, kebetulan lembu kami ada 14 ekor, saya bersama teman-teman sebaya bermain sampai puas saat sedang mengembala, banyak permainan yang kami mainkan, anak-anak jaman dahulu tidak tahu dengan gadget, kami membuat alat masak-memasak dari tanah liat, bermain kasti dan terkadang kami suka mandi di aliran irigasi di persawahan.
Kalau sudah siap musim panen kami suka mencari padi-padi yang tumbuh dari pokok padi yang sudah di potong(boh cidieng) kami mengumpulkan kemudian kami jual, membuat terompet dari batang padi yang kami sebut dengan serune hari-hari kami lalui dengan sangat bahagia, kalau malam hari kami pergi mengaji bersama teman-teman dengan berjalan kaki yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.
Yang membuat saya sangat sedih ketika guru memarahi saya karena buku tulis saya memakai peniti, kebetulan hari itu bukunya sudah habis lembaran sementara ada pr yang harus saya kerjakan, jadi saya meminta pada kawan satu lembar untuk membuat pr tersebut, karena tidak ada lem dan hanya ada peniti jadi saya pasang saja pakai peniti.
Alhasil saya mendapat malu karena guru saya menegur saya dengan mengatakan "kenapa bukunya kamu pakai peniti? kamu pikir ini baju" duh ..... malunya saya waktu itu, padahal niat saya tetap mau membuat tugas dari guru walaupun tidak ada lagi lembaran buku tulis saya.
Saya termasuk siswa yang berprestasi waktu itu, setiap pengambil rapor selalu dapat juara 1, namun apa daya keluarga kami termasuk keluarga kurang mampu, saya terkadang kalau tidak jualan jajan pun tidak ada, Alhamdulillah kalau bebek kami bertelur saya bisa menjualnya satu butir setiap pagi dengan harga perbutir Rp 100,- dan saya bagi dua dengan abang saya.
Kami bukan anak orang kaya dan masih tahu diri tidak ingin menyusahkan orang tua, saat saya sekolah SMP pun saya masih berjualan keripik yang saya bawa sesuai pesanan teman-teman,nah..... waktu SMA lain lagi ceritanya saya tidak jualan lagi karena saya sekolah di kota dan saya harus berhemat sebab jauh dari orang tua.
Saya mendapat jajan Rp 1000,- untuk 2 hari, dan itu angka lumayan buat saya bisa membeli 10 kue, tapi saya hanya membeli 2 kue sehari yang lain saya simpan untuk berjaga-jaga, sampai suatu ketika pas bulan puasa kami masih sekolah dan buku saya sudah habis lembarannya dan harus membeli buku yang baru.
Sambil pergi sholat tarawih saya berdoa dalam hati semoga bisa dapat duit di jalan buat membeli buku esok hari, karena saya tidak mau kejadian masa kecil saya terulang kembali dipermalukan gara-gara memasang peniti di buku, itu sudah tidak lucu lagi bukan karena saya sudah remaja.
Saya sangat senang saat Allah SWT mengabulkan doa saya, pas pulang saya melihat ada sesuatu di jalan dan saya pungut, begitu saya lihat ternyata uang kertas dengan jumlah Rp 9000,- saya mengambilnya dan berjanji kalau sudah terkumpul uang saya dan akan saya masukkan ke kotak amal yang ada di mesjid karena saya tidak tahu mengembalikan uang tersebut pada siap.
Sebenarnya doa saya itu tidak baik karena ada orang yang dirugikan, tapi saya hanya berdoa kepada Allah SWT dan itu terjadi dan bisa menyelamatkan saya dari kemarahan guru esok hari. kalau saya bayangkan sekarang betapa beruntungnya anak-anak saat ini ketika semua kebutuhannya terpenuhi tidak seperti ibunya dulu yang serba kekurangan. Walaupun demikian saya sangat bahagia memiliki keluarga yang saling menyayangi satu sama lain.
Sekian partisipasi saya di kontes yang luar biasa ini, terimakasih sudah membacanya.
Comments