Assalamualaikum... |
---|
ADA yang berbeda saat anak-anak masuk sekolah. Hari ini para murid-murid melakukan antrian sebelum badannya lewat gerbang. Mereka menyalami guru yang bertugas pagi ini. Proses sedikit beda dari biasa. Kali ini, sang guru mengulang kata salam yang diucapkan si murid. Bila kurang tepat atau salah, dia membenarkan. Kalimatnya; Assalamualaikum warahmatullahhi wabarakatuh.
Dengan cukup sabar, dia menyalami para murid-murid sembari mengoreksi setiap ucapan yang kedengarannya pelan. Atau ada lafaz yang salah. Begitulah seterusnya sampai semua murid masuk kelas.
Saya tidak menonton lebih lama lagi. Seketika bergegas ke warung terdekat. Paling dekat malah. Hanya belasan meter saja. Cuma dipisah jalan. Bahasa lainnya seberang jalan sudah warung kopi. Di depan warung kopi ada sekolah. Di situlah saya memulai pagi ini.
Anak-anak mengantre sebelum masuk gerbang sekolah
Meski duduk di mana saja, minuman pagi favorit saya tetap teh panas. Encer lagi. Mungkin saja seencer harapan dan pikiran saat menyambut pagi. Kali ini saya ditemani rekan kerja, si laptop. Lalu membuat postingan di komunitas. Sejatinya, pagi ini tidak bisa terlalu lama. Tidak bisa berjam-jam. Sebab, hari ini saya ada agenda utama. Bertemu seorang steemian yang sangat rajin reesteem postingan saya.
Tiga puluh menit sebelum jam sembilan, saya sudah di rumah. Singgah ke halaman samping sejenak. Bertegur sapa dengan caba-cabai yang tumbuh subur dan hijau. Sayur-mayur lain juga sama. Tapi tak sehijau batang buah yang bikin mulut pedas. Ada tomat, bibitnya juga, umbi bawang, seledri. Yang ini semua masih belum berhasil tumbuh sesuai dengan harapan.
Atlanta Premium sambut pagi
Masih ada hal yang harus dibenahi. Mulai dari perawatan, pemupukan hingga media tanam yang tepat. Agar semuanya bisa berbuah lebat. Jujur saja, selain karena faktor alam, seperti kurang paparan matahari, hal lain yang membuat beberapa sayur mayur gagal karena masalah non teknis saja. Biar pun gagal berulang kali, tapi saya tak pernah menyerah untuk mencari cara tanam lain yang tepat.
Kemarin itu yang saya lakukan. Apalagi sehari sebelumnya, sudah ada beberapa kaleng bekas untuk persiapan irigasi kapiler. Tapi, saya masih menunggu benih-benih tersebut tumbuh dulu. Apalagi ada benar yang sudah kadaluwarsa juga.
Memulai kapiler untuk tanaman
Batang Jambu Madu hasil cangkok
Sebelum jam sembilan berdenting, saya menyempatkan diri bertegur sapa dengan tiga batang jambu madu hasil cangkokan. Sudah mulai nampak kehidupan, meski tunas baru belum muncul. Meski begitu, bukan berarti ini sudah gagal. Sebab, batang dan beberapa helai daun yang tersisa masih terlihat segar. Tidak menguning, rontok atau batangnya menua.
Ini menjadi pertanda bagi saya, bahwa batang jambu ini hidup. Alhamdulillah. Tanda lain, sepertinya akarnya masih dalam penyesuaian. Sebab sudah berada di media tanam lain yang lebih banyak nutrisinya.
Selesai bersih-bersih pagi hari. Pukul sembilan saya berencana ke Darussalam. Rencana kopi darat (meet-up) dengan beberapa steemian. Salah satunya @rissi yang sedang ada di Banda Aceh. Dia mendampingi adiknya yang yudisium di Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala. Esoknya wisuda di gedung AAC Dayan Dawood.
Saya juga mengabarkan segera si cantik Firya Faiza dengan nama akun @firyfaiz. Kami berharap dia bisa gabung untuk berbagi informasi. Pukul 10.29 Wib, Firya sudah di tempat parkir. Selesai itu, dilanjutkan dengan cang panah dan mengulik apa saja yang bisa didiskusikan. Meet-up ini tidak resmi. Hanya sekadar ngumpul sambil ngopi-ngopi. Itu saja. Cerita ini rencananya akan ditulis dari postingan terpisah.
@firyfaiz dan @rissi
terlibat diskusi serius
Karena masih ada tugas domestik, akhirnya saya lebih cepat mengajak bubar. Pukul 11.15 saya dan Rissi pamit lebih dulu. Firya bersama adek letingnya melanjutkan obrolan ala mahasiswa sebelum masuk jam kuliah. Jam 11.30 saya sudah harus di depan gerbang sekolah TK. Sebab, ultimatum terbaru, tak boleh telat menjemput anak-anak.
Seperti biasa, selesai satu. Masih ada satu lagi. Pukul satu siang saya jemput Gazhi yang tadi pagi mengantri masuk ke sekolah. Pukul setengah tiga, kami berangkat lagi. Kali ini, jadwal les di Edu Privat, Beurawe. Empat menit sebelum jam tiga, kami sudah tiba di lokasi. Ultimatum pekan ini sama. Tidak boleh telat menjemput pulang les.
Sejenak di Sentra Kopi
Kedunya masuk kelas. Saya punya waktu satu jam sebelum menjemput tepat waktu. Untuk memudahkan akses dalam menuntaskan beberapa postingan, saya pun memilih warung Santra Kopi. Waktu satu jam harus maksimal. Saya pun langsung mengubrak-abrik semua berkas. Satu jam harus tuntas. Tekad kuat begitu. Saya berharap tak bertemu dengan sejawat, teman, kolega dan lainnya.
Kenapa begitu? Kalau jumpa mereka dalam kondisi begini, bisa gawat. Saya bukan kerja menuntaskan tugas, atau membuat postingan. Bertemu rekan kerja atau kenalan, bisa membuat laptop tutup. Waktu satu jam juga belum tentu cukup untuk hal yang begini. Hingga tiba jadwal jemputan, tak ada sinyal yang kesana. Syukurlah.
Tiba kembali di rumah hampir pukul lima sore. Selesai shalat, saya tidak keluar lagi. Kondisi badan agak berat. Sehingga tanaman cabai pun tidak di siram. Makan ayam tidak juga. Hingga menunggu malam turun, saya asyik dengan baca novel online dan menonton banyak tutorial dan humor yang muncul di beranda. Terima kasih sudah membaca postingan saya.
20/11/2024