Cerita hari ini tentang pentingnya kesehatan. Kebetulan pada tanggal 11 setiap bulannya, di gampong kami ada Posyandu. Posyandu itu singkatan dari Pos Pelayanan Terpadu. Biasanya Posyandu identik untuk ibu hamil dan bayi bawah lima tahun (balita). Kini, Posyandu menjadi salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Sebelum ikut memeriksa kesehatan di Posyandu, saya menghabiskan waktu di tempat biasa. Menikmati secangkir teh dan panganan. Lalu membuka laptop dan bekerja. Saya berada di sini sembari menunggu jadwal pulang sekolah anak. Posisi Atlanta Premium juga berada depan sekolah. Jadi cepat dan mudah.
Suasana Atlanta Kopi
Begitu juga kemarin. Begitu masuk pukul 11 siang saya langsung menjemput anak pulang sekolah. Baru kemudian, segera mampir ke Posyandu. Tiba di sana, cukup ramai. Ada bagian Balita yang mendapat pelayanan. Khusus untuk mereka yang berusia 18 tahun hingga lanjut usia (Lansia) ada space sendiri.
Lalu, saya pun mengambil tempat di sini. Ramai-ramai antre. Awalnya melapor. Menulis nama. Mengukur lingkar perut dan berat badan. Kemudian baru cek darah. Teman saya Herman yang duluan tidak tahu tensi darahnya, sebab alat tensi darah digital ngambek. Giliran saya. Begitu dicek posisi terakhirnya, 109.
"Nah ini bisa...," kata seorang petugas setengah berteriak. Tapi intonasinya lebih cocok kaget.
Selesai meja periksa tensi, berlanjut ke meja cek kolestrol dan asam urat. Petugas Puskesmas yang ada di sampingnya melihat kertas riwayat medis. Lalu dia bilang, cek asam urat saja. Lalu cek lah asam urat. Menurut catatan bulan lalu posisi 9. Sejurus kemudian hasil keluar di posisi 10. Ini kedengarannya naik, tapi itu tidak bagus.
Petugas Puskesmas yang berkacamat dan berjilbab hitam bertanya-tanya. Saya bilang, biasanya dalam pekan ini memang tidak makan obat. Biasanya saya rajin dan rutin minum jus nenas. Saya pun lupa, kalau dalam minggu ini lebih banyak makan kerupuk mulieng. Ini cemilan favorit saya.
Lalu, dia pun minta agar rutin konsumsi obat. Dia berharap, pada bulan depan bisa turun. Insya Allah. Bulan depan juga akan dicek kolestrol. Setelah semua tuntas. Kami pulang. Usai menurunkan Ghazi, saya langsung balik lagi. Gilaran menjemput Gulfam di sekolahnya. Sebelum pulang, kami beli nasi dua bungkus. Sekali-kali mencari rasa nasi warung.
Sepanjang jalan, saya terbanyang tentang billboard yang berisi ajakan untuk rutin menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat. Dan, yang paling penting menjaga pola makan, olahraga, tidak merokok dan lainnya. Semua mendukung untuk hidup sehat. Ini seperti nasihat Rasullullah yang ada di awal tulisan ini.
Kita biasanya baru sadar ingin hidup sehat ketika sudah sakit. Sementara saat sehat kita tak pernah teringat akan sakit. Contoh kecil saja, banyak warga yang tak memanfaatkan cek kesehatan rutin yang ada setiap bulannya di gampong-gampong. Apalagi, dalam cuaca yang diluar prediksi BMKG, tentu rentan mengganggu kesehatan.
Cuaca siang yang hangat tak membuat saya penuh semangat. Lelah sudah tak bisa diajak kompromi. Begitu tiba di rumah dilanjutkan dengan istirahat. Setelah makan siang dan melaksanakan ibadah zuhur. Selesai ini, berencana membuat postingan untuk rutinitas biasa. Tenyata, hal ini tak sesuai harapan.
Pukul tiga sore saya melimpir ke venue biasa saya menghabiskan waktu sambil kerja. Apalagi kalau bukan Nyak Mad Kopi. Untuk menyuntik sedikit tenaga, saya pesan BMW alias boh manok weng. Hingga selesai shalat Ashar, saya tambah pesan teh panas. Untuk menyegarkan pikiran menjelang pukul lima sore.
Setelah menyelesaikan tugas utama, saya baru membalas dan menjawab beberapa postingan di komunitas. Pukul 18.23 Wib, saya langsung mengakhiri edisi warung kopi. Awalnya ingin pulang lebih cepat, sebab ingin menyiram tanaman dan merawat sayur-mayur. Tenyata, tak bisa. Saya pun menyusun rencana ulang, sepertinya esok pagi lebih cocok.
Terima kasih sudah membaca postingan saya.