TUNTAS mengantar anak-anak ke sekolah, saya langsung pulang ke rumah. Ada keluarga yang malamnya tiba. Pukul 12 baru tiba di rumah. Mereka datang dari Aceh Timur. Agendanya, ingin mengikuti ujian di sebuah hotel di pinggiran Banda Aceh. Pagi, setelah membeli sarapan pagi, saya berencana mengatur aktivitas.
Sebelum bergerak, sebuah panggilan masuk. Telepon dari adik di kampung. Ia mengabarkan kalau orang tua kami sedang dirawat di Puskesmas. Masuknya jam enam sore kemarin. Pagi ini belum saya perubahan. Lalu, dari jauh saya kasih intruksi, agar pasien di rujuk ke Sigli atau ke Banda Aceh. Segera.
Jam jam baru saja berdetak di pukul 8.30. Saya segera telpon adik kandung yang ditinggal jauh di dalam Darussalam. Saya minta dia untuk berkemas-kemas. Pukul sembilan kita berangkat. Baru pukul 9.22 Wib kami bergerak dari rumah. Mengisi bensin lebih dulu, baru bergerak.
Biar cepat ke tujuan yang berjarak sejauh 111 kilomter. Kami memilih masuk jalan tol. Dari Blang Bintang, keluar di pintu tol Seulimeum. Alhamdulillah perjalanan akhir pekan ini berjalan lancar. Keluar dari Seulimeum, kami melantai di jalan negara yang mulai dikopek waktu.
Pukul 12 lewat kami sudah tiba di Sigli. Lalu segera menuju Rumah Sakit Umum Mufid. Sudah banyak adik menunggu di luar ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Bangun ini terlihat angkuh dengan warna merah hitam dan arkilik yang besar.
Ketika saya masuk melihat Abu --- kami begitu memanggilnya --- sedang terduduk di atar brankar. Di hidungnya alat plastik transparan melekat.
Nebul ini sudah dilakukan sejak dari Puskesmas. Keluhannya sulit bernafas. Perawat di IGD pun sudah memasangnya.
Nebulizer atau nebul adalah alat yang mengubah obat cair menjadi uap sehingga lebih mudah dihirup dan terserap ke dalam saluran pernapasan. Alat ini digunakan untuk mengobati gangguan pernapasan, seperti asma, batuk pilek, reaksi alergi berat, sesak napas, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Source
Pihak keluarga pun menunggu di luar di ruang tunggu. Selesai shalat dan makan siang, kami masih memantau ke ruang. Silih berganti masuk untuk cek kondisi. Hingga waktu berganti ke masuk waktu Ashar, belum ada perkembangan. Lalu muncul tanya, kapan pasien didorong ke kamar?
Setelah lima jam masih menjalani nebul di IGD. Adik-adik juga sudah mulai grusak-grusuk. Pertanyaan besarnya kenapa belum di bawa ke kamar. "Apa karena tidak ada orang dalam," celoteh salah satu dari mereka. Asumsi itu muncul, karena ada pasien yang belakangan masuk, tapi sudah di dorong ke kamar.
Lalu adik-adik pun mulai tambah yakin akan perlunya Ordal alias orang dalam. Untuk menenangkan mereka, saya pun meminta telepon beberapa kolega. Untuk mencari informasi lebih dulu. Tapi, saya masih berpikir positif dulu. Belakangan, dapat informasi, setelah anak adik yang perawat menelpon entah siapa. Tapi, hasilnya langsung nyata.
Sejurus kemudian, sudah ada pergerakan. Pasien hendak digeser ke kamar. Kamar sudah ada, tapi itu titipan. Kamar kelas 2. Jadi, saya pun harus menandatangani surat perjanjian. Sebab, pasien jatahnya Kelas 3 menurut aturan BPJS. Tapi, sekarang menempati Kamar Kelas 2.
Kalau tidak salah dimengerti, ini artinya, jika nanti ada kamar kelas 3 yang kosong, maka pasien bisa dipindah kapan saja. Itu asumsi saya saja. Sebelum saya menjatuhkan tanda tangan, salah seorang perawat buka suara. "Pasien bukan tidak langsung di bawa ke kamar. Sebab harus nebul lebih dulu. Sekira sudah cukup baru didorong ke kamar," begitu kira-kira aksioma mereka.
Sebelum pukul lima sore, pasien sudah ditempatkan di kamar. Kamar Kelas 2, cukup labar juga. Baru ada satu pasien. Satu brankar lagi masih kosong. Sudah terbayang, kelegaan luar biasa. Kalau ramai-ramai di kamar, serasa kamar pribadi. Sebab, tak ada pasien lain. Nyatanya, selepas Isya, ketika saya balik ke kamar, brankar sudah ada pasien. Beruntung, sang adik sudah lebih dulu memindah barang-barang yang sebelumnya saya titip di meja.
Selepas magrib saya memang tidak balik dulu ke kamar. Tapi duduk di warung kopi untuk membuat postingan. Satu jam kemudian, baru naik ke kamar dan mendapati suasana sudah berubah. Kami pun segera menyesuaikan diri. Malam pun penuh dengan aroma obat.
Terima kasih sudah membaca postingan hari ini.