New to Nutbox?

[FIKSI] Hillis

1 comment

midiagam
70
13 days agoSteemit2 min read

IMG_20240424_104204_821.jpg


Aku dapat melihat kubah hutan yang berangin, bayangan dari hutan deering; dan persahabatan itu sudah lama dan cinta awal kembali dengan suara hari sabat, seperti merpati.

Pada tahun 1963, saya berumur 23 tahun. Saya pergi belajar di Inggris bersama ayahku. Pada waktu itu, ayahku adalah seorang profesor sastra di universitas itu. Saya bertemu Hillis yang berusia 28 tahun.

Ayahnya adalah seorang pelaut yang berimigrasi secara ilegal. Dia tidak memiliki pekerjaan tetap, dan menikah. Dan istrinya pergi. Dia sendirian dengan putranya yang berusia 4 tahun, Joyce.

Dia menghabiskan hari-harinya berkeliaran disekitar kampus, membual tentang bakatnya. Dia liar dan tidak terkendali. Yang lain mengira dia orang gila. Tak terbayangkan.

Hillis dulu seorang penulis yang berbakat. Saat itu, hanya aku yang bersedia berbicara dengannya. Kami jatuh cinta satu sama lain secara bertahap. Oposisi paling ketat berasal dari ayahnya. Dia mengakui bakatku, tapi tidak percaya dengan karakterku. Dia tidak menginginkanku untuk menikahi putrinya dari seorang pelaut yang berimigrasi secara ilegal. Dan dia juga memiliki seorang putra. Tentu saja, ada yang lain yang lebih penting.

Mereka merekrut orang-orang berbakat, individu pada saat itu. Ayahku ingin kembali dan melayani negara kita. Kami kawin lari. Kami pergi ke Perancis, saat itu ciptaannya sedang meningkat. Dia menyusun banyak cerita pendek, yang menjadi bentuk dasar dari cerita panjangnya. Hillis, hanya bisa menulis artikel. Dia sangat tidak ramah.

Aku tidak pikir itu bagus untuk perkembangannya. Saya menulis artikel komentar dan menjabat sebagai broker sastranya, dan membantunya dengan operasi tersebut dari penerbitan karyanya. Dengan operasi tersebut dari penerbitan karyanya. Perlahan-lahan dia juga kembali ke jalurnya.

Kami terpisah saat itu karena ayahku berada dalam kondisi kesehatan yang buruk setelah pulang. Aku berbalik melawannya, tapi dia tetap ayahku. Jadi aku kembali untuk menemui ayahku.

Di era itu, perpisahan berarti perpisahan selamany, tapi aku tidak punya pilihan. Aku membuat perjanjian dengan Hillis itu, kami tidak akan menyebutkan nama masing-masing, dan jagalah cinta kita. Sebuah rahasia terkubur jauh didalam hati masing-masing.

24 tahun kemudian saya akhirnya berkesempatan pergi keluar negeri lagi, tapi aku hanya melihat batu nisannya. Didepan batu nisannya, Joyce memberiku buku-buku dan manuskripnya. Dia memberitahuku itu tulis ayahnya, surat-surat ini kepadaku berturut-turut dalam 24 tahun terakhir, tapi gagal mengirimkannya. Dia menambahkan itu setelah aku pergi.

Salam kompak selalu.

By @midiagam

Comments

Sort byBest