New to Nutbox?

Dua Jalan Menuju Pengetahuan: Dengan Guru atau Tanpanya?

6 comments

el-nailul
77
18 days agoSteemit3 min read

studying-5831644_1920.jpg

Image by Syauqi Fillah from Pixabay

Masih mengenai tulisan sebelumnya (edisi pendidikan), ada satu topik yang saya lupakan yaitu guru. Guru adalah kompas hidup. Beberapa dari pembaca pasti pernah mendengar cerita tentang "Blind Men with an Elephant". Sekelompok orang buta diminta untuk menggambarkan seekor gajah. Satu orang memegang belalai dan berkata, “Ini seperti ular.” Yang lain memegang kaki dan berujar, “Ini seperti pohon.”

Mereka tidak salah, tapi juga tidak sepenuhnya benar. Mereka hanya tahu bagian kecil dari keseluruhan yang lebih utuh. Seharusnya peran guru adalah untuk menunjukkan gambaran utuh tersebut. Memberi tahu murid bahwa yang mereka pegang itu bukan ular atau batang pohon, melainkan bagian dari sesuatu yang jauh lebih besar yaitu gajah.

Seorang guru yang baik akan membantu Anda memahami mana yang penting dan mana yang tidak. Meski tidak semua orang, dalam proses pembelajarannya, melibatkan guru (secara literal). Namun yang saya maksudkan “guru” dalam hal ini bukan hanya sebentuk orang, namun bisa dalam bentuk lainnya. Pengalaman, misalnya.

Belajar secara otodidak adalah simbol kebebasan. Anda bisa belajar apa saja, kapan saja, di mana saja. Tidak ada kurikulum yang membatasi Anda dan tidak ada jadwal yang mengikat.

Anda bisa belajar memasak dari video youtube, mempelajari bahasa baru dari duolingo, atau bahkan menguasai ilmu IT dari forum-forum online.

Kelebihan lain dari belajar otodidak adalah Anda bisa fokus pada hal-hal yang benar-benar menarik minat Anda. Tidak ada sosok guru yang memaksa Anda untuk mempelajari topik yang membosankan.

time-5193038_1920.jpg

Image by TaniaRose from Pixabay

Namun, kebebasan juga datang dengan risiko. Belajar tanpa bimbingan bisa membuat Anda tersesat. Anda mungkin menguasai satu aspek dengan baik, tapi lemah di aspek lainnya.

Di sisi lain, belajar dengan guru (kalau gurunya benar-benar kapabel) membuat bimbingan yang anda terima jadi terarah. Guru yang baik tidak hanya mengajarkan materi atau rumus-rumus. Ia juga memberikan konteks dan juga jawaban atas pertanyaan yang mungkin anda tidak tahu harus bertanya kepada siapa.

Belajar dengan guru juga ada minusnya. Bisa saja sang murid harus terikat pada kurikulum yang kaku. Kadang juga harus mengikuti jadwal yang tidak fleksibel.

Jadi, mana yang lebih baik?

Jawaban saya adalah, dua-dua sama baiknya. Kunci pembelajaran yang sukses adalah menemukan keseimbangan antara keduanya. Mulailah dengan belajar sendiri untuk menemukan minat Anda, lalu cari seorang guru yang bisa membantu Anda mendalami minat tersebut.

Kembali saya ingatkkan bahwa guru tidak selalu berarti seseorang yang memiliki gelar formal. Guru bisa siapa saja. Teman, keluarga, atau bahkan pengalaman hidup Anda sendiri.

Comments

Sort byBest